Translate

Rabu, 29 April 2020

TEORI BTS - HYYH The Note Her ( Jungkook )


25 Juni Tahun 20
Dengan ringan kusentuh tuts piano itu, membuat tanganku mulai berdebu. Jari kelingkingku menekan satu tuts, suara piano itu berbeda dari yang dimainkan hyung. Sudah 10 hari hyung tidak datang ke sekolah. Hari ini kudengar dia sudah diusir. Namjoon hyung dan Hoseok hyung tidak mengatakan apapun, aku juga tidak bertanya apapun karena aku takut mendengar jawabannya. Dua minggu yang lalu, sebelum guru memberitahu lokasi rahasia itu, disana hanya ada aku dan hyung. Hari itu ada pemeriksaan terbuka di sekolah, aku tidak ingin ikut, jadi aku lari ke tempat rahasia itu. Hyung tidak menoleh ke belakang, dia hanya bermain piano, kemudian aku merebahkan kepalaku diatas meja dan tidur. 

Dalam teori, hyung dan piano adalah dua hal yang terpisah, tapi sejujurnya sulit untuk melihat mereka berdua terpisah. Aku tidak tahu, tapi saat aku mendengar hyung bermain piano, aku ingin menangis.
Aku merasakan air mata sudah akan mengalir, aku buru-buru mengusapnya. 
Tiba-tiba pintu didobrak. Suara piano berhenti. Aku dipukul dengan keras sampai terjatuh ke tanah. 
Aku tertunduk disana, mendengarkan kata-kata amarah yang dilontarkan kepadaku. Aku berbalik dan melihat hyung sedang mendorong guru itu, kemudian dia melindungiku dengan seluruh tubuhnya. Dari celah bahu hyung, aku bisa melihat amarah guru itu.
Aku menekan tuts lagi, mencoba menemukan nada yang biasa dimainkan hyung. 
Apakah hyung benar-benar sudah diusir? Kapan aku bisa melihatnya lagi? Hyung bilang dia sudah sering dipukul setiap hari. Jika bukan untukku, hyung tidak akan memukul guru itu. Jika bukan karenaku, hyung pasti masih disini bermain piano.
11 April Tahun 22
Pada akhirnya, semua hal terjadi seperti yang kuinginkan. Beberapa berandalan yang sengaja kutemui di jalanan itu menghajar dan memukulku dengan keras. 
Mereka melihatku yang tertawa saat dipukul, mereka bertanya apakah aku seorang maniak, kemudian mereka memukulku lebih keras lagi. Sambil bersandar di pintu itu, aku melihat rerumputan yang berdiri sepertiku. Rumput itu jatuh setelah tertiup angin. Sama sepertiku. Aku akan menangis, kemudian tersenyum lagi.
Ketika aku menutup mata, aku seperti melihat ayah tiriku batuk dan abang tiriku tertawa disampingnya. Saudara ayahku melihat sekeliling dan mengatakan hal-hal yang tidak masuk akal. 
Meskipun aku tidak ada disana, meskipun kehadiranku tidak berarti, aku bisa merasakannya. Di depan mereka, ibuku hanya bisa duduk sambil mendengar. 
Debu yang ada di lantai membuatku bersin dan dadaku terasa sesak seperti disayat pisau.
Aku memanjat ke bagian tertinggi dari tempat konstruksi itu. 
Kota ini dipenuhi dengan kegelapan. Aku memanjat keluar pagar dan berdiri disana sambil merentangkan tanganku dengan lebar. Saat itu kakiku bergetar dan aku hampir kehilangan keseimbangan.
Jika aku mengambil satu langkah lagi ke depan, aku akan mati 'kan?
Jika aku mati, maka akhiri saja semua ini.
Tidak akan ada yang merasa sedih, bahkan mereka yang tidak memilikiku.

16 Juli Tahun 22
Aku berdiri di samping jendela sambil bernyanyi mengikuti musik di earpiece ku. Sudah hampir seminggu. Aku sudah bisa menyanyi tanpa melihat liriknya. 
Aku melepas earpiece ku dan mulai berlatih dengan mendengarkan suara sendiri. Walaupun liriknya sangat indah, lirik itu juga sangat memalukan. Aku menggaruk kepalaku. 
Melalui jendela yang besar ini, matahari di bulan Juli menyinari dengan terang. Rumput dan daun-daun itu melambai ditiup angin.
Setiap kali hal ini terjadi, aku merasa sinar itu juga memantul di wajahku. Aku menutup mata. Aku melihat warna hijau, kuning, dan merah. Aku melihat warna-warna itu sambil menyanyi.
Aku tidak tahu apakah ini karena lirik atau cahaya matahari, hatiku terasa sakit dan rasanya seperti ditusuk-tusuk jarum.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar