Translate

Rabu, 29 April 2020

TEORI BTS - HYYH The Notes Tear ver. Y ( Yoongi )

Juni 12 Tahun 19
Tanpa berfikir aku membuang sekolah, tapi sejujurnya aku tidak mempunyai tempat untuk pergi. Saat itu panas. Aku tidak memiliki uang, dan tidak ada yang bisa kulakukan. Namjoon yang mengatakan kita harus pergi ke pantai. Anak-anak yang lebih muda tampak bersemangat, tapi aku tidak merasa seperti itu, aku juga tidak menyukai ide itu. "Apa kita punya uang?" Di pertanyaanku, Namjoon membuat semua orang merogoh sakunya. Beberapa koin, beberapa lembar uang. "Jadi kita tidak bisa pergi." Seseorang yang berkata kita bisa pergi dengan jalan kaki mungkin Taehyung. Namjoon membuat ekspresi memohon mereka untuk memikirkannya kembali, tapi anak-anak malah mengobrol, tertawa dan berpura-pura berguling di jalan sebelum mulai berjalan. Aku tidak sedang dalam mood untuk berbicara, jadi aku tertinggal. Saat itu tengah hari, bahkan pohon gingko pun tidak bisa memberi keteduhan, dan mobil-mobil menendang debu ketika mereka melewati kami di jalan trotoar.

"Ayo pergi kesana." Itu Taehyung. Atau itu Hoseok? Aku tidak peduli, jadi aku tidak melihat dengan baik, tapi itu akan jadi salah satu dari mereka. Aku berjalan dengan menundukkan kepala, menendang kotoran, tapi ketika aku nyaris bertabrakan dengan seseorang aku mengangkat kepalaku. Jimin berdiri di sana, membeku. Otot di wajahnya bergetar seolah-olah ia telah melihat sesuatu yang menakutkan. Dia menatap tanda yang bertuliskan "Bunga Arboretum, 2.2 kilometer."
"Aku tidak mau berjalan." Aku mendengar suara Jungkook. Keringat menetes dari wajah Jimin. Wajahnya pucat, seolah dia bisa pingsan kapanpun. Apa ini? Perasaanku aneh. "Park Jimin." Panggilku, tapi seperti yang telah kuduga, dia tidak bergerak. Aku mengangkat kepalaku lagi dan melihat tanda itu.
"Hey, ini sangat panas, mengapa kita pergi ke arboretum? Ayo pergi ke pantai," Kataku, seolah menyeret kakiku. Aku tidak tahu tempat macam apa arbotetum itu, tapi itu tidak tampak seperti tempat dimana kita harus pergi. Apapun alasannya, ekspresi Jimin aneh. "Kita bahkan tidak mempunyai uang.." Jawab Hoseok, "Itulah kenapa kita berjalan." Dan Taehyung menambahkan, "Jika kita berjalan ke stasiun kereta mungkin kita bisa sampai disana." Lalu Namjoon berkata, "Sebagai gantinya kita akan kelaparan saat makan malam." Jungkook dan Taehyung berpura-pura menangis, dan Seokjin hyung tertawa. Jimin baru bergerak setelah diputuskan bahwa kita akan pergi ke stasiun kereta. Berjalan dengan kepala menunduk dan bahu bergetar, Jimin Nampak seperti anak kecil. Aku menatap tanda itu lagi. Kalimat "Bunga Arboretum" secara perlahan menghilang.
Juni 15 Tahun 22
Aku tidak menyadari apapun kecuali suara dari musik yang berputar di kepalaku. Tidak seberapa banyak aku mabuk, atau dimana aku, atau pun apa yang telah aku lakukan. Aku tidak tahu, dan itu tidak penting. Ketika aku keluar, tersandung, hari sudah malam. Aku bergoyang saat berjalan. Aku bertemu pejalan kaki, kios Koran, dan dinding. Aku tidak peduli. Aku hanya ingin melupakan semuanya.
Suara Jimin masih terngiang di telingaku. "Hyung, Jungkook..." Apa yang aku ingat setelahnya adalah berlari seperti orang gila menaiki tangga rumah sakit. Aku melewati orang-orang yang memakai pakaian rumah sakit. Hatiku berdebar. Wajah semua orang terlalu pucat. Mereka tidak berekspresi. Mereka terlihat seperti orang mati. Suara nafasku terasa keras di dalam kepala.
Di dalam ruangan dengan pintu yang terbuka sedikit, Jungkook terbaring di sana. Aku memutar kepala tanpa sadar. Aku tidak sanggup melihatnya. Saat itu tiba-tiba aku mendengar suara piano, api, bangunan runtuh. Aku mencengkram kepalaku dan tenggelam. "Semua ini salahmu. Jika itu bukan untukmu.." Itu adalah suara ibuku-tidak, suaraku-tidak, suara seseorang. Tak terhitung berapa kali aku tersiksa oleh suara itu. Aku ingin percaya bahwa itu bukan salahku. Tapi Jungkook terbaring disana. Jungkook terbaring di dalam ruangan yang dipenuhi pasien seperti mayat lewat. Ketika aku berdiri, kakiku mengancam untuk menyerah. Aku membiarkan air mataku mengalir. Itu lucu. Aku bahkan tidak bisa mengingat kapan terakhir kalinya aku menangis.
Aku menyebrangi jalanan, tapi seseorang meraih tanganku dan aku berhenti. Siapa itu? Tidak. Aku tidak peduli. Tidak peduli siapapun itu, semuanya sama. Jangan dekati aku. Pergi. Tinggalkan aku. Aku tidak ingin menyakitimu juga. Aku tidak ingin terluka. Jadi tolong, jangan mendekat.
Cr. RMBase

Tidak ada komentar:

Posting Komentar