Sinopsis K-Drama : Itaewon Class Episode 02-1
Images by : JTBC
Saat Sae Ro Yi menemukan Geun Won di rumah sakit Gwangjn, di saat yang sama pula, Soo A sedang menuju ke sana bersama dengan detektif Oh dan rekannya. Mereka ke sana, karena sebelumnya, Soo A sudah menelpon Sae Ro Yi, bertanya, Sae Ro Yi ada dimana? Soo A takut kalau Sae Ro Yi akan melakukan tindakan bodoh.
Dan sesuai dugaan Soo A, Sae Ro Yi menjadi gelap mata hingga mengangkat batu besar dan hendak menghantamkannya ke kepala Geun Won. Namun, sebelum dia sempat melakukannya, terdengar sebuah tembakan. Itu adalah tembakan peringatan dari det. Oh yang tiba tepat pada waktunya. Dia memerintahkan Sae Ro Yi untuk meletakkan batu yang ada di tangannya ke tanah.
Sae Ro Yi menatap mereka, termasuk Soo A. Dia memberitahu kalau Geun Won telah membunuh ayahnya. Det. Oh berkata kalau dia akan menyelidiki kasus ini, jadi letakkan batu itu! Dia mengarahkan pistol-nya pada Sae Ro Yi. Soo A juga memohon Sae Ro Yi untuk meletakkan batu itu dan jangan menjadi pembunuh. Detektif Oh juga berusaha membujuknya dan berkata kalau dia paham apa yang Sae Ro Yi rasakan.
Sae Ro Yi tertawa karena mereka tidak paham apa yang di rasakannya. Dia bahkan tidak takut jika detektif Oh menembaknya karena sekarang dia tidak merasakan apapun. Det. Oh bergumam kalau Sae Ro Yi sudah gila. Dia bersiap menembak Sae Ro Yi yang masih tidak mau meletakkan batu di tangannya. Tapi, Soo A maju ke depan dan berdiri tepat di depan pistol det. Oh. Dia memohon untuk tidak menembak Sae Ro Yi.
“Apa yang kau tahu? Ayahku sudah meninggal!” teriak Sae Ro Yi, menangis dan frustasi.
“Walau aku tak tahu perasaanmu, aku mengerti perasaan ayahmu. Dia tentu tak ingin kau merusak hidupmu untuk orang macam itu. Dia tentu tak ingin hal itu terjadi. Aku benar, 'kan? Kau tentu sangat mengerti ini, 'kan? Ya, 'kan?”
Ucapan Soo A seolah menyadarkan Sae Ro Yi. Dia ingat saat itu ayahnya berkata kalau dia bangga padanya karna hidup penuh prinsip yang benar seperti itu dan teruslah hidup seperti itu. Hal itu membuat Sae Ro Yi akhirnya mau menjatuhkan batu yang di pegangnya. Dia dan Soo A menangis terisak-isak di tengah turunnya hujan deras. Det. Oh juga menyimpan kembali pistol-nya.
Dan begitulah malam itu berlalu. Di tengah hujannya deras. Dengan kesedihan yang menyelimuti hati Sae Ro Yi. Malam yang menjadi titik balik hidup Sae Ro Yi.
Begitulah… pemakaman ayahku… berakhir.
Dan karna peristiwa malam itu, Sae Ro Yi di tahan oleh det. Oh.
Beberapa siswa menyebarkan rumor yang mereka dengar mengenai ayah Sae Ro Yi yang meninggal dan menurut gosip, ayahnya meninggal karena kecelakaan mobil dan pelakunya adalah Jang Geun Won. Itulah sebabnya, malam itu, Sae Ro Yi datang mencari Geun Won dan menyerangnya. Penyebar gosip memberitahu kalau ibunya bekerja di Rumah sakit dan memberitahunya. Beberapa siswa tidak percaya dengan gosip itu dan menduga kalau Sae Ro Yi mengamuk mungkin karena dia di keluarkan dari sekolah gegara Geun Won. Karena, tidak mungkin kan pembunuhan tidak bisa di tutupi. Tapi, tetap saja, tidak ada yang tahu apa yang bisa di lakukan keluarga Jang Geun Won.
Dan gossip itu juga terdengar oleh Ho Jin.
--
Geun Won di rumah sakit. Tampak terpukul akibat pukulan yang di terimanya dari Sae Ro Yi. Dia teringat kejadian malam itu.
Geun Won yang mengendarai mobil itu dan menabrak tn. Kang. Dia begitu ketakutan hingga tidak berani menelpon ambulans dan hanya memukuli mobilnya dengan frustasi.
End
--
Sae Ro Yi di tahan sementara di lapas ini terkait penyerangannya terhadap Geun Won sembari menunggu persidangannya. Presdir Jang datang menemuinya. Dia mengucapkan bela sungkawa atas meninggalnya tn. Kang, akan tetapi, berani sekali Sae Ro Yi melampiaskan amarah pada putranya!
Sae Ro Yi tidak takut padanya dan bertanya alasan Presdir Jang datang kemari.
“Aku kenal ayahmu selama 20 tahun. Melihatmu seperti ini membuat hatiku sedih. Namun, kau juga begini di sekolah. Aku ingin mengoreksi kebiasaan jelekmu yang tak bisa introspeksi. Benar. Kau keras kepala.”
“Untuk kali ini pula, aku ingin beri kesempatan padamu.”
“Kesempatan? Bagaimana?”
Sae Ro Yi begitu marah mendengarnya hingga bangkit berdiri, “Yang perlu berlutut minta maaf adalah putramu,” tekan Sae Ro Yi, sambil mengepalkan tangannya dengan erat.
Presdir Jang tertawa melihat Sae Ro Yi, “Menarik. Manajer Park mengajarimu itu? Aku ajari satu lagi dari pengalamanku. Prinsip. Ambisi. Kata itu digunakan mereka yang hanya punya ego. Jika tak dapat apa pun, kau hanya keras kepala dan sembrono. Introspeksilah di dalam sana.”
Usai mengatakan semua itu, Presdir Jang pergi. Dan tentu saja, kebencian Sae Ro Yi semakin menguat.
--
Sekretaris Kim memberitahu Presdir Jang kalau Kepala Polisi sudah mengurus detektif yang mengurus kasus ini dan mengamankan rekaman kamera pengawas. Pengacara Sae Ro Yi juga hanya akan meminta pengurangan hukuman. Semua sudah di atur dengan sempurna.
Walau begitu, Presdir Jang merasa tidak nyaman. Dia dapat merasakan kalau Park Sae Ro Yi begitu kuat dan hal itu membuatnya terganggu.
Presdir Jang kemudian menanyakan mengenai siswi yang mengenali mobil itu sebagai mobil yang di kendarai Geun Won. Sek. Kim memberitahu kalau siswi itu bernama Oh Soo A dan juga sekelas dengan Geun Won. Soo A tinggal di panti asuhan yang pernah di sponsori Jangga.
Sek. Kim lanjut memberitahu kalau mereka sudah mengakui pada polisi kalau mobil itu adalah milik Geun Won, tapi pada hari kejadian, mobil itu di pinjam oleh tukang kebun mereka. Jadi, kesaksian Soo A tidak berguna. Tidak perlu khawatir.
Presdir Jang kembali menanyakan, apakah Soo A berteman dengan Sae Ro Yi? Sek. Kim membenarkan. Presdir Jang langsung memerintahkan agar mengatur pertemuannya dengan Soo A.
--
Soo A menemui Presdir Jang di kediaman presdir. Presdir berbasa basi kalau Soo A tampak familier dan sepertinya dia sering melihatnya di panti asuhan. Dia juga menanyakan apakah Soo A berteman dengan Geun Won? Soo A menjawab kalau mereka sekelas. Presdir bertanya lagi, apakah Soo A sekelas dengan Sae Ro Yi? Soo A diam sesaat sebelum menjawab “Ya.”
“Kami punya yayasan beasiswa. Aku ingin membiayai uang kuliah hingga biaya hidupmu ke depannya. Bagaimana menurutmu?”
“Aku… sudah punya uang untuk uang masuk,” jawab Soo A.
“Apa konsekuensinya?” tanya Soo A, langsung, tanpa takut.
“Konsekuensi?”
“Haruskah aku bersaksi untuk menyulitkan Sae-ro-yi?”
Presdir Jang tertawa keras mendengar pertanyaan itu. “Menarik sekali. Tidak. Ini hal yang sangat disayangkan. Betapa berat kehidupan seorang anak muda sampai dia berpikir begitu. Aku hanya ingin berbuat baik. Jangan salah paham. Kau bisa bersaksi sesuai yang kau lihat,” tegasnya. “Sekretaris Kim, masukkan dia ke program bantuan finansial kita,” perintahnya.
Pembicaraan mereka berakhir karna kedatangan Geun Won ke ruangan ayahnya. Dan karena itu, Presdir Jang menyuruh Soo A untuk pergi. Geun Won kaget melihat Soo A yang datang menemui ayahnya dan bertanya tujuannya. Tapi, Presdir Jang memotong dengan bertanya kenapa Geun Won ada di sini? Padahal Geun Won harusnya berada di rumah sakit.
“Aku… ingin mengatakan sesuatu,” ujar Geun Won.
Soo A langsung jalan keluar. Tapi, tiba-tiba saja, Presdir Jang bertanya pada Soo A, bagaimana jika dia mengharapkan sesuatu seperti yang Soo A sebutkan tadi, apa yang akan Soo A lakukan? Soo A kesulitan menjawab pertanyaan tersebut. Presdir Jang langsung berkata kalau dia hanya bercanda dan Soo A boleh pergi.
Setelah Soo A pergi, Geun Won kembali bertanya alasan ayahnya memanggil Soo A? Presdir Jang tidak mau menjawab dan hanya menyuruhnya untuk kembali ke rumah sakit. Tanpa di duga, Geun Won memohon pada ayahnya agar melepaskan Sae Ro Yi. Dia bahkan berkata kalau semua terjadi karenanya. Karena dia menabrak.
“Ayah.”
“Hentikan,” perintah Presdir Jang. “Ayah sudah putuskan kau jadi penerus ayah. Tapi ayah masih punya putra lain, meski dia anak haram. Itu berarti kau bisa tergantikan nanti,” tegas Presdir Jang.
Dan kita di perlihatkan, saat Soo A keluar dari kediaman keluarga Jang, dia sempat melihat seorang anak pria kecil bermain tanah di lapanagan. Bukan bermain tanah, tepatnya membunuh semut-semut hitam.
“Penerus ayah adalah pelaku tabrak lari? Itu tak mungkin terjadi. Itu tak boleh terjadi. Jika itu terjadi, ayah harus menggantimu. Bila ayah lepaskan dia, itu berarti kau mengakui perbuatanmu. Bagaimana? Ayah lepaskan dia?” tanya Presdir Jang, terdengar sangat mengintimidasi.
“Keputusan bagus. Tak ada yang bisa kau peroleh dengan hati nuranimu. Mengerti?”
Dan karena melihat Geun Won yang goyah seperti ini, Presdir Jang merasa ini adalah saat yang tepat baginya mengajari Geun Won sesuatu. Dia mengajak Geun Won ikut dengannya.
--
Presdir Jang membawa Geun Won ke perternakan perusahaan Jangga. Dia menunjukkan kandang babi, dimana segerombolan babi sedang makan. Presdir Jang memberitahu kalau babi lebih pintar daripada anjing, tapi sembilang dari sepuluh orang tetap makan babi walau mereka tahu hal itu. Itu karna babi enak. Dia tidak mengerti pemikiran orang yang makan babi, tapi kenapa mereka membenci orang yang memakan anjing? Tapi kembali lagi, anjing setia dan bisa menggemaskan. Tergantung dari pandangan orang.
“Karyawan perusahaan dan orang di bawahmu yang kerja demi uang… Anggap mereka seperti anjing,” tegas Presdir Jang.
Geun Won tertegun mendengarnya.
Presdir Jang kemudian membawanya ke kandang ayam. Dia mengeluarkan sapu tangannya dan bersiap menangkap salah satu ekor ayam, tanpa takut maupun jijik. Sementara, Geun Won dia tampak mual dan jijik berada di dalam kandang ayam yang kotor dan bau.
Presdir Jang menangkap salah satu ayam dengan memegang sayap-nya dan membawanya ke hadapan Geun Won, membuat Geun Won merasa ketakutan.
“Mulai dari menangkap ayam hingga manajemen, kau harus mengerti cara menjadi majikan. Ambil ini. Ayah akan masak ia sekarang. Ayah akan mematahkan lehernya. Ayah akan cabut bulunya. Dan setelah dibersihkan, ayah akan potong dan menggorengnya,” ujar Presdir Jang.
Presdir Jang menyerahkan ayam itu pada Geun Won dan memerintahkannya untuk mematahkan leher ayam itu. Geun Won menolak dan merengek karena dia tidak bisa melakukan hal itu. Presdir Jang memaksanya dan mengingatkan mengenai posisi pewaris Jangga. Dan karena itu, Geun Won mau menerima ayam tersebut.
Presdir Jang memegang kepala Geun Won dengan erat agar melihat ayam itu. Dia memerintahkan Geun Won untuk mematahkan leher ayam itu dengan benar, jika tidak, ayam itu akan berusaha kabur darinya.
“Ayah tahu saat melihat Park Sae-ro-yi. Ini disayangkan, tapi dia lebih baik dari dirimu. Tapi dia lahir sebagai binatang dan kau sebagai manusia. Ayah tak tahan melihatmu merasa bersalah walau dia memukulimu dua kali. Ayam ini adalah Park Sae-ro-yi. Jika kau putra ayah, jika kau pewaris Perusahaan Jangga, ketika makan ayam atau babi, jangan pernah merasa bersalah lagi,” ujar Presdir Jang, seolah mencuci otak Geun Won dan menanamkan pemikiran yang salah padanya.
Dan ucapan ayahnya itu seolah merasuk ke kepala Geun Won. Dia mulai tidak takut melihat ayam itu, sebaliknya, dia menatapnya dengan tatapan bengis. Dia bahkan membenarkan ucapan ayahnya kalau Sae Ro Yi adalah ayam yang sekarang di tangannya ini. Dan tanpa takut lagi, Geun Won mematahkan leher ayam itu.
Dan saat Geun Won melakukannya, Presdir Jang tertawa senang.
(Catatan : Apa yang di ajarkan oleh Presdir Jang adalah hal yang salah. SANGAT SALAH!!!)
--
Sae Ro Yi menerima keputusan hakim. Hakim menilai Sae Ro Yi telah menyerang korban, Jang Geun Won, dan berdasarkan kondisi luka dan senjata yang ada, walau hal ini terjadi karena kesalahpahaman terdakwa (Park Sae Ro Yi), tapi terdakwa tetap tidak mengakui kesalahan atau menyesali perbuatannya, maka Sae Ro Yi di jatuhkan hukuman 3 tahun penjara.
Det. Oh menemui Kepala Polisi. Dia menengaskan bahwa waktu kematian tn. Park di perkirakan pukul 20.20 dan di waktu itu, pelaku tn. Kim sedang menyapu halaman rumah. Jadi, tidak masuk akan kalau dia pelakunya.
“Benar. Ini memang tak masuk akal. Kau pernah membunuh karena kekerasan pada investigasi, bahkan dimutasi karena itu. Bagaimana kau bisa ada di daftar promosi?” ingati Kepala Polisi.
“Apa, Pak?”
“Bagaimana kau dapat ini? Apa kau memeriksa rekaman kamera pengawas warga tanpa izin dari pemilik dan aku? Sadarlah. Sadarlah agar kau tak kehilangan pekerjaanmu. Putrimu akan ulang tahun pertama bulan depan, 'kan? Jangan biarkan rasa keadilan konyol menguasai dirimu. Kau harus hidup memikirkan keluargamu. Ingat. Hidupmu bergantung pada hidup anak Presdir Jang,” peringati Kepala Polisi.
End
Dan karna itu, det. Oh memilih diam dan menutup kasus tabrak lari itu dengan pelaku adalah tn. Kim. Dan hal itu, sangat bertentangan dengan apa yang hatinya inginkan.
Karena keputusan yang sudah di terimanya, Sae Ro Yi di pindahkan ke Penjara Chungcheong. Oleh petugas lapas, Sae Ro Yi di antarkan ke kamar tahanan-nya. Di dalam kamar itu, sudah ada 4 tahanan lainnya.
Begitu petugas keluar, salah seorang tahanan langsung memukuli Sae Ro Yi dan menyuruhnya berlutut dan memperkenalkan diri. Mendengar perintah itu, Sae Ro Yi jadi teringat dengan Presdir Jang yang juga menyuruhnya berlutut meminta maaf pada Geun Won.
Karena masih tidak berlutut, tahanan itu menendang kaki Sae Ro Yi. Sae Ro Yi masih berdiri dan tertawa. Napi itu jadi takut mengira kalau Sae Ro Yi gila.
“Apakah dunia akan lebih mudah bila aku berlutut sekali saja?” itu yang Sae Ro Yi pikirkan dalam tawanya.
“Namun, aku adalah putra Ayah.”
Dan karna pemikirannya itu, Sae Ro Yi berdiri dengan tegap. Dia akan hidup percaya diri seperti pesan ayahnya. Dan karena dia tidak mau berlutut, tentu saja, Sae Ro Yi, di pukuli habis-habisan oleh para napi di sana. Salah seorang napi, yang tampaknya adalah ketua di sana, tampak tertarik melihat Sae Ro Yi.
--
Soo A menjenguk Sae Ro Yi di penjara. Dia jelas terkejut melihat wajah Sae Ro Yi yang babak belur, tapi Sae Ro Yi menyuruhnya tidak khawatir. Sae Ro Yi malah berterimakasih karena Soo A sudah datang menjenguknya. Wajah Soo A tampak bersalah.
Dia kemudian memberitahu kalau dia masuk ke Universitas Gwangjin. Sae Ro Yi tentu senang mendengarnya dan mengucapkan selamat. Kenapa wajah Soo A malah murung?
“Perusahaan Jangga menawariku beasiswa. Aku dapat kesempatan ini karena melaporkan… dan menghentikanmu hari itu. Maaf. Aku tak sekuat dirimu dan menjadi pengecut. Maaf,” ujar Soo A, dengan kepala tertunduk, merasa bersalah.
“Tidak apa,” ujar Sae Ro Yi. “Aku memang memukul Geun-won. Tindakanmu benar dengan melapor polisi. Aku berterima kasih. Jika tak kau hentikan, aku akan ada di sini sebagai pembunuh. Bila kau sudah putuskan, lakukan saja itu. Kau tak salah.”
Soo A menghapus air matanya. Dia berusaha berhenti menangis. Dia kemudian bertanya rencana Sae Ro Yi nanti setelah bebas. Sae Ro Yi kalau dia sudah menjadi mantan narapidana dan tidak akan bisa menjadi polisi lagi. Dan karena di penjara ada perpustakaan dan ada banyak buku di dalamnya, dia akan belajar. Dia punya banyak waktu yang bisa di gunakannya untuk belajar. Dia juga menemukan autobiografi Presdir Jang. Sae Ro Yi merasa Presdir Jang sangat hebat karena bisa bangun perusahaan besar dari nol. Dan itu membuatnya ingin mencobanya. Dia ingin mempunyai kedai sendiri.
Sae Ro Yi tertawa kecil, “Tidak mungkin. Ketika aku berpikir tentang hal apa yang menyenangkan… Aku sering dengar orang berkata aku pintar memasak. Aku hanya… ingin mencobanya,” jawab Sae Ro Yi.
Tepat saat itu, jam kunjungan sudah selesai dan karena itu, Sae Ro Yi harus kembali. Sebelum Sae Ro Yi pergi, Soo A memanggilnya dan bertanya alasan Sae Ro Yi waktu itu ingin mendekatinya? Menanyakan nomor teleponnya?
“Hari itu? Maaf. Padahal kau bilang aku tak boleh menyukaimu. Itu karena aku menyukaimu.”
“Apa kau masih menyukaiku?” tanya Soo A. “Aku tak suka pria miskin. Apa kau akan hasilkan uang banyak?”
Soo A tersenyum padanya. Dan Sae Ro Yi balas tersenyum.
--
Ada lubang di hatiku. Aku merasa lesu. Lucunya, orang itulah (Presdir Jang) yang memprovokasi diriku yang lesu. Sia-sia membenci seseorang. Karena ayahku sudah tiada. Jadi, itu tentu hal terakhir yang kupikirkan. Balas dendam. Kata itu seperti mengisi hatiku yang kosong. Dengan cepat. Aku ingin cepat keluar.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar